Rabu, Mei 13, 2009

FREE SEX

FREE SEX: FENOMENA DAN SOLUSI
Fenomena
Masih kagetkah Anda dengan temuan ini? Penelitian muktahir menyimpulkan, 97,05 persen mahasiswi di Jogya mengaku sudah tidak perawan. Mereka mengaku melakukan kegiatan seks pranikah atau kehilangan virginitas semasa kuliah.


Penelitian ini dilakukan terhadap 1.660 responden atau 83 persen dari target 2.000 responden. Sampel penelitiannya di 16 perguruan tinggi di Jogya. Waktu penelitiannya pun cukup lama, mulai 16 Juli 1999 hingga 16 Juli 2002. Penelitinya adalah Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan (LSCK) serta Pusat Latihan Bisnis dan Humaniora (LSC&K Pusbih). (Jawa Pos, 3 Agustus 2002)

Hasil polling Sahara Indonesia Foundation, bahwa kuantitas remaja yang melakukan seks pranikah sekira 38.288 - 53.603 orang dari 765.762 remaja di Kab. Bandung (tahun 2004). Dikatakan, seratus orang hamil dari dua ratus remaja putri pelaku seks (50% dari sampel), dan sembilan puluh dari seratus remaja hamil itu melakukan aborsi (90%).

Survei LDFEUI dan NFCPB tahun 1999 terhadap remaja berusia 15-24 tahun di dua puluh kabupaten di Jabar, Jateng, Jatim, dan Lampung ditemukan 46,2% berasumsi hamil tidak terjadi jika berhubungan seks sekali. Selain itu, survei MCR terhadap remaja (yang berpacaran) dikatakan bahwa perilaku seks sebagai ungkapan cinta, mode sesuai tuntutan zaman. Persepsi itu sebagai indikator bahwa mereka tidak merasa canggung untuk melakukannya.

Beberapa saat yang lalu, ada juga hasil penelitian yang tidak kalah seru, yaitu penelitian tentang perilaku seks bebas di antara generasi muda. Penelitian tersebut mengungkap perilaku seks bebas generasi anak baru gede alias ABG. Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa ternyata di kalangan remaja bangsa Indonesia, 50 persen dari 474 remaja yang dijadikan sampel penelitian, ternyata mengaku telah melakukan hubungan seks tanpa nikah.

Bukan hanya itu, Indonesia juga banyak kasus pemerkosaan dan pencabulannya ditambah kasus pornografi dan pornoaksi. Bahkan akhir-akhir ini merebak lagi kasus video prono.
Yang lebih mengagetkan lagi ternyata 40 persen di antara mereka melakukan hubungan seks tersebut pertama kali justru dilakukan di rumah sendiri.

Dari fenomena yang tergolong delikuen remaja tersebut, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu segera dijawab, yaitu apa penyebab perilaku seks bebas tersebut? dan bagaimana cara mengatasinya? Dua hal tersebut harus didapatkan jawaban sekaligus solusi atas fenomena yang tidak sepantasnya dibiarkan.

Faktor penyebab perilaku seks bebas
Menurut beberapa penelitian, faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas dikategorikan menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor eksternal yang pertama adalah pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan yang berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Ada kecenderungan dunia perfilman Indonesia mulai bangkit kembali, yang ditandai dengan munculnya beberapa film Indonesia yang laris di pasaran. Misalnya, film Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel I?m in Love, 30 Hari Mencari Cinta, serta Virgin. Film-film tersebut laris di pasaran bukan karena mutu pembuatan filmnya akan tetapi lebih karena film tersebut menjual kehidupan remaja,. alur cerita film tersebut mengangkat sisi kehidupan percintaan remaja masa kini, mempertontonkan adegan-adegan syur dengan membawa pesan-pesan gaya pacaran yang sangat berani, dan secara terang-terangan melanggar norma sosial kemasyarakatan, apalagi norma agama sehingga cenderung mengeksploitasi.Lebih-lebih film tersebut ditonton oleh anak-anak yang belum dapat memberi penilaian baik dan buruk. Mereka hanya mencontoh apa yang terhidang. Akibatnya, remaja mencontoh gaya pacaran yang mereka tonton di film.

Faktor kedua yang menjadi penyebab seks bebas di kalangan remaja adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan pergaulan bebas.

Sedangkan Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah “Anak Gaul”. Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan nongkrong di kafe, mondar-mandir di mall, memahami istilah bokul, gaya fun, berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.Sehingga remaja yang tidak bergaya seperti itu dinilai sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan. Akibatnya, remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas.

Sementara faktor internal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks diluar nikah, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (Kaiser Family Foundation) adalah: Pertama karena mispersepsi terhadap makna pacaran yang mengangggap bahwa hubungan seks adalah bentuk penyaluran kasih sayang. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah bahwa masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini bentuk ungkapan rasa cinta dapat dinyatakan denagn berbagai cara, misalnya pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah pula. Kedua karena kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai denga pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama denga baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun. Dalam hatinya selalu ingat terhadap Tuhan, sebab Tuhan selalu mengetahui setiap perbuatan manusia. OLeh karena itu ia tidak akan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya sebelum menikah secara resmi. Ketiga, masa remaja terjadi kematangan biologis.Seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaimana layaknya orang dewasa sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimuli tang merangsang gairah seksualnya, misalnya dengan meliohat filn porno, cerita cabul. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri cenderung berakibat negative, yakni terjadi hubungan seksual pranikah di masa pacaran. Sebaliknya kematangan biologis yang disertai dengan kemampuan mengendalikan diri akan membawa kebahagiaan remaja dimasa depannya sebab ia tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah.

Solusi
Melihat fenomena ini, apa yang harus kita lakukan dalam upaya menyelamatkan generasi muda? Ada beberapa solusi, di antaranya, pertama, membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.

Perlu juga pembentukan hukum untuk bisa memberantasnya, baik itu hukum cambuk, dera, rajam, dsb.

Dalam Alquran, Injil, dan Taurat pun membenarkan hukuman yang tegas sebagai solusi pemberantasan seks bebas. Kalau ada alasan melanggar hak asasi mausia (HAM), hanya akan membuat kita skeptis dan mengorbankan kehancuran moral demi kalkulasi oknum individu.
“Dan ja-nganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Q.S. Al-Israa’:32).
Jika seks bebas banyak dilakukan akhir-akhir ini karena dulunya tidak ada penciptaan hukum yang tegas, jadi orang berani melakukannya. Jadi kalau nanti anak-cucu kita berani melakukannya sebab tidak ada hukum yang tegas yang diciptakan sekarang. Solusi untuk menerapkan hukuman yang tegas adalah hal yang tepat dilakukan sejak sekarang.

Jika pencabulan/pemerkosaan hanya dikenai hukum pidana (pasal 285 dan 294 KUHP), tetap saja calon pelaku tidak akan takut. Jika dengan hukuman yang tegas, pelaku akan malu dan takut karena dihinakan dengan hukum cambuk dan rajam yang disaksikan masyarakat.

Saya harapkan lembaga hukum (peradilan/kehakiman) untuk menerapkan hukuman yang tegas bagi pelaku free sex yang dalam penetapannya, bekerja sama dengan Depag, dewan legislatif, MUI atau LSM tertentu. Kedua, orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.

Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Pertama, kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua, tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang masukakal. Ketiga, latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari kedua belah pihak. Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.

Ketiga, keteladanan orang tua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.

Melihat fenomena ini, sepertinya misi menyelamatkan moral serta memperbaiki perilaku generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini menjadi tanggung jawab bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen bangsa. Jika misi ini ditunda, maka semakin banyak generasi muda yang menjadi korban dan tidak menutup kemungkinan kita akan kehilangan generasi penerus bangsa.
Oleh: Zainul Miftah, S.Pd, M.Si (POSTING BY MENARASUAR)

4 komentar:

  1. Wah..jangan free sexlah. Kawin aja! He..3x. Yang jelas ada tiga pilar penyangga yang mesti di bangun. Siji, perkokoh keimanan siswa melalui pembinaan keagamaan yang intens. Loro, masyarakat harusnya juga menciptakan iklim yang kondusif bagi pembinaan ini, dengan menciptakan lahan, wacana, dan suasana yang penuh keimanan.Kaping telu, negara jangan lepas tangan. Negara juga harus dapat menjembatani agar segala bentuk perbaikan yang dilakukan oleh individu dan masyarakat dpt terakomodir dengan baik. Beri porsi yang sebaik-baikny kepada siswa untuk mendapat penghargaan, dengan terus memberikan peluang untuk berprestasi dengan lomba atau lainnya. So, yang pasti semuanya harus sama2 berusaha. Majulah terus pendidikan Indonesia. Salam kenal dari puncak Pagerwojo!

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum
    Sudah jaman kali ..... jaman krisis multidimensi, termasuk free sex jamunya tiada lain berdoa, dan berdoa tentu ada usaha: 1) Keluarga, misalnya anak diingat dengan bertanya: "sudahkah engkau sholat cantikku ", "dirumah teman ketemu siapa saja" dst; 2) Sekolah, misalnya ada yang dimanakan hiden curikulum, mmisalnya setiap mata pelajaran, guru TIK menyisipkan nilai-nilai moral, tantang bagi guru TIK membawa hp untuk pembelajaran juga oke, akan tetapi kadang isinya mengerikan lho 3) masyarakat, membantu terciptanya lingkungan kondusif, misalnya apabila ada pelaku free sex, diingatkan ... atau ditangkap ... (dikira melanggar HAM) he he 4) pemerintah, sudah tugasnya tidak tidak usah diingatkan
    wassalam

    BalasHapus
  3. nama sya resky pustaka anak 7C sex...... itu konyol...!!!apa lagi tanpa nikah!!!!!pasti kiamat sudah dekat karena sudah banyak free sex!!!!!

    BalasHapus
  4. jangan pernah berfikir tuk free sex
    coz,masa depan kan ancur
    HIV , kehamilan pranikah bisa jd akibatnya
    so, say no to free sex

    XOXO
    GARRU 7A

    BalasHapus